Tuesday, September 4, 2007

This is Us....


Ada empat orang yang berada di belakang layar JC yaitu sahabat karib saya semenjak SMA yaitu Riyanto beserta istrinya Ina, istri saya Intan, dan tentu saja saya sendiri. Kalau ada pertanyaan apakah nggak ruwet kalau sebuah usaha diurus rame-rame seprti itu, maka jawabannya bisa bermacam-macam. Tetapi bagi kami jawabannya adalah “ALHAMDULILLAH TIDAK”. Hubungan kami yang sangat baik selama inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya JC lahir.



Saya dan Riyanto sudah bersahabat sejak SMA ketika kami sama-sama sekolah di SMA 1 Solo. Ternyata kami pun kemudian diterima di jurusan yang sama ketika kuliah, yaitu di Teknik Elektro UGM Yogyakarta. Di Kota Gudeg itu kami pun tinggal di kos yang sama dan lulus dalam waktu yang hampir sama. Dan pada akhirnya kami sama-sama juga diterima di Astra walaupun di anak perusahaan yang berbeda.

Ketika hijrah ke Jakarta, kami memutuskan tinggal di kos yang sama selama beberapa tahun lamanya. Jarak waktu pernikahan kami pun hanya empat belas hari. Dan istimewanya, kami sama-sama memiliki istri yang berdarah Minang. Sekarang kami sama-sama dikarunia seorang putri yang cantik-cantik. Pendek kata, garis nasib seolah memang menakdirkan kami untuk selalu bersama.

Bagi sahabat saya ini, dunia bisnis bukan hal yang baru. Saat ini dunia internet marketing tengah ditekuninya. Komitmennya di dunia ini sungguh patut diacungi jempol. Baginya, tiada hari tanpa tersambung ke dunia maya. Tak peduli waktu hingga larut malam dan penat masih menggelayuti tubuhnya sepulang dari kantor, jemarinya menari-nari di atas keyboard laptop menembus dunia maya. Ketika hari libur bahkan ke manapun dia pergi, sebuah laptop pun tak pernah bisa lepas dari dirinya. Katanya suatu waktu pada saya “dunia internet marketing tidak mengenal batas wilayah karena siapapun dan di manapun bisa membeli produk kita”.

“Aku punya mimpi suatu saat aku nggak perlu ngantor lagi, tetapi di manapun aku berada duit akan selalu mengejarku”.

Hasilnya, gemerincing dollar amerika sudah mulai masuk ke kantongnya. “Semua ongkos belajar bisnisku sudah lunas”, katanya puas.

Mudah-mudahan cita-citamu tercapai, Sobat !

Ina, istrinya yang baru saja melepaskan status TDB, juga tak bisa lepas dari dunia bisnis. Keluar masuk Tanah Abang sudah sangat sering dilakoninya. Barang-barang dagangannya sudah merambah ke berbagai wilayah ke luar Jawa. Perempuan yang satu ini seolah tak mau kalah dengan suaminya.

Intan, istri saya tercinta, juga sudah belajar bisnis sejak lama. Waktu masih di bangku SD, kartu lebaran hasil karyanya dijual ke teman-temannya. “Lumayan untuk menambah uang saku”, katanya. Jualan sandal dan sepatu pun pernah dilakoninya saat masih duduk di bangku kuliah. Dunia desain pun telah diakrabinya semenjak SD. Tak heran kalau sekarang kegemarannya itu seakan telah menemukan penyalurannya yaitu dengan mendesain produk-produk JC.

Sedangkan saya sendiri, belajar bisnis baru dimulai empat tahun yang lalu ketika bersama-sama dengan teman kerja di kantor mendirikan usaha soto betawi. Kami namai bendera usaha tersebut dengan “Soto Betawi Bang Sis”. Label “Bang Sis” memang terdengar agak aneh disandingkan dengan produk soto betawi. Tapi itu ada ceritanya. Saya dan teman-teman sama-sama menangani area SAP Basis Administrator. Dari istilah “Basis” inilah nama “Bang Sis” bermula. Bang Sis secara efektif hanya bermur delapan bulan, karena empat bulan sisanya praktis terbuang sia-sia. Akan tetapi, banyak sekali pelajaran yang didapat dari sini. Bisnis di dunia kuliner memang sangat menjanjikan. Saya saja masih penasaran dan ingin suatu sata terjun di bidang ini lagi. Apalagi, istri saya tercinta memang jago masak.

Mudah-mudahan kontribusi kami di dunia busana muslim khususnya jilbab mendapat ridha Allah SWT. Amin. Karena ini bukan hanya kerja, tapi juga dakwah.

No comments: